Kali ini masih berhubungan dengan buku pertama saya, Jomblo Ngoceh. Iya, saya tidak akan berhenti untuk mengocehi soal buku pertama saya ini. Kenapa? Karena buku tersebut selalu membuat saya jomblo, eh maksudnya menemani masa jomblo saya. Saya selalu berusaha untuk terus membedah buku tersebut, gunanya untuk kebaikan saya dan orang lain. Oleh karena itu, hal pertama yang ingin saya bedah pada buku tersebut adalah soal kover.
Banyak orang bertanya, apa dan kenapa tentang kover buku saya tersebut. Apa maksudnya dan kenapa harus memilih ikon tersebut. Karena banyak yang bertanya demikian, dan ketidakmampuan saya untuk menjawab satu persatu, jadi dengan begitu lebih baik saya tuliskan saja pendapat saya di blog ini. Tapi ingat, hal terpenting sebelum melihat pendapat saya adalah ini berdasarkan apa yang saya lihat (juga merasakannya sendiri), jadi harap dimaklumi.
Pertama, kenapa memilih warna kuning? Alasannya adalah, ini buku pertama saya, jadi saya ingin membuat ia berkesan selalu. Saya melihat, kover buku di Indonesia jarang yang menggunakan warna kuning, harus saya tekankan pada kata jarang. Sepengetahuan saya yang minim ini, warna kuning digunakan pada kover buku Kang Maman, dan juga Indra Herlambang dengan Kicau Kacau-nya. Karena menurut saya warna kuning jarang dipakai di Indonesia, maka saya mengambil warna kuning tersebut, dengan asumsi karena jarang yang menggunakannya maka sekali melihatnya kemungkinan akan terus teringat oleh orang.
Kedua, kenapa memilih warna biru untuk tulisan Jomblo Ngoceh? Alasannya karena, saya sudah memilih warna kuning yang begitu mencolok atau mencuri perhatian mata, maka saya harus bisa menetralkannya dengan warna yang sedikit gelap, namun tetap sesuai dengan kuning tersebut. Setelah mencoba banyak warna, akhirnya saya berpendapat warna biru yang seperti di kover lah pantas mendampingi warna kuning di belakangnya. Jadi, kalau menurut saya pribadi meskipun terkesan subjektif, buku saya enak dipandang.
Ketiga, dan yang paling banyak dipertanyakan orang adalah, kenapa memilih gambar seolah-olah mata? Jawabannya memang sedikit rumit, jadi karena, prinsip saya dalam buku tersebut ingin menciptakan yang namanya sebuah buku simpel, namun terkesan mewah. Jadi tanpa perlu banyak embel-embel manusia, atau benda-benda lainnya, bisa menjadikan sebuah kover buku menarik adalah prinsip saya. Berpikir cukup lama, hingga akhirnya tercetuslah ide membuat gambar yang seolah-olah mata. Sebenarnya, gambar tersebut dibuat dengan tanda baca koma " , " , jadi saya hanya memainkan tanda baca koma dengan memutar-mutarnya hingga menemukan bentuk yang mirip seperti mata. Dibalik mata tersebut, tersimpan filosofi (kalau bahasa kerennya seperti itu), bahwa saya menangkap jomblo ini banyak d bercandai oleh orang lain, khususnya yang tidak jomblo pasti. Sekali dua kali mungkin si jomblo tersebut masih bisa tersenyum, tertawa, bahkan membalas candaan teman, keluarga, dsb. Namun, karena sudah terlalu ia sering mendengar candaan tersebut, maka ada rasa kebosanan di hatinya mendengar perkataan seperti itu. Karena begitu, maka setiap ia mendengar candaan yang ditujukan padanya soal ke-jomblo-annya, maka ia mulai tak acuh atau peduli, dan pada akhirnya mengeluarkan mimik muka seperti orang sinis tersebut, kira-kira dalam hatinya mungkin berkata, "apa sih, coy?". Mungkin begitu filosofi yang bisa saya kasih tau tentang ikon mata di kover buku saya tersebut.
Keempat, ada beberapa orang teman saya yang menanyakan, kenapa tidak ada gambar mulut atau gigi pada kover buku saya, karena ngoceh menurutnya identik dengan mulut atau gigi, dan malah justru menampilkan mata. Pertanyaannya bisa terjawab disini, yaitu alasan pertama saya, ingin menciptakan buku yang anti mainstream. Artinya, tidak melulu mengikuti apa yang sudah menjadi ciri dari suatu hal. Oleh karenanya saya berpikir membuat perbedaan yang jauh sekali, yaitu dengan menaruh mata di kover buku saya, dan bukan mulut atau gigi. Tapi, saya tidak serta merta membuat perbedaan yang sangat jauh sekali. Bahwa sebenarnya, kover buku saya kalau anda perhatikan secara saksama, maka akan ada yang muncul disana. Penempatan kata Jomblo, Ngoceh, dan Fariz Anshar, itu tidak sembarangan. Kalau kita mau perhatikan lebih teliti, maka kata Jomblo, Ngoceh, dan Fariz Anshar tersebut membentuk atau menyerupai mulut. Tidak percaya? Silahkan lihat kembali kover buku saya tersebut.
Kira-kira, segitu dulu yang bisa saya sampaikan kepada semuanya. Apabila ada pertanyaan seputar kover buku saya, bisa langsung memberikan pertanyaanya di kolom komentar di bawah ini. Dan mudah-mudahan saya juga bisa menjawabnya dengan sebaik mungkin. Sebelum artikel ini berkakhir, saya ingin menampilkan beberapa tanggapan dari orang-orang yang sudah saya tanyai sebelumnya tentang kover buku saya tersebut. Tanggapan dari orang lain ini pun nanti akan saya perbaharui terus, apabila juga ada tanggapan yang lainnya.
Halo!
Baik, berikut pendapat saya.
Sepertinya ini semacam kumpulan tulisan pendapat pribadi? Atau buku seperti apa ya?
Saya suka dengan sampul yang ke-2. Kuning ceria dan, hm warna sampul seperti ini cukup jarang ada (mata yang enak dipandang-nya ahmad tohari. Hanya itu seingat saya buku indo yg sampulnya kuning,hehe)
Kalau seandainya saya menemukan buku ini di bagian rak buku mungkin saya tidak ragu untuk mengambilnya untuk melihat sejenak iklan di belakangnya dan mungkin harga(?) Yg bila cocok, saya tidak ragu untuk membelinya.
Tapi saya kurang sreg dengan gambarnya. Apa maksud gambar tersebut ya? Kok rasanya kurang cocok dengan judul yang "jomlo ngoceh". Wajahnya terlihat seperti sinis?
Itu saja sih yang segera terlintas di kepala saya ketika melihat dari 2 sampul yang diberikan. Mungkin bisa dijelaskan dulu buku itu tentang apanya?-maila'ul izza annabiila-
Cover1. Melirik judul yang mas fariz tawarkan, kemungkinan buku yang mas fariz buat diperuntukkan untuk level young-adult reader, pemilihan penggunaan tipe font italic akan terkesan tipe buku berat dan old fashion. Tidak terlalu attractive untuk pembaca muda, penggunaan background putih dengan siluet seperti kertas kusut malah memperburuk penampilan cover buku menjadi sangat tidak menarik.Mas Fariz tidak memberi tahu dengan jelas, apa kedua cover digunakan pada buku yang akan ditebitkan. Tapi jika diharuskan memilih, tentu saya akan memilih cover2 (#read: cover no. 2).Assalammualaikum Mas FarizIni pengalaman pertama saya mereview cover buku, biasanya saya hanya diminta untuk mereview puisi ataupun tulisan pendek. Ini adalah suatu kehormatan saya, semoga membantu.
Cover2. Pemilihan background dengan warna solid yang terang, bisa menjadi point, mengapa buku ini lebih menarik dari tumpukan buku yang lain. Gambar mata yang sederhana dengan style "i dont care" tentu bisa jadi trade mark dari buku yang kemungkinan isi dan gaya tulisan yang nyeleneh. Pembeli akan mengira ngira seperti apa isi buku. Tentu tambahan narasi yang menarik di belakang buku bisa menjadi tambahan point yang baik untuk buku.Semoga membantu, salam hangat-ayu oktama-
Hai, aku sih lbh suka yg warna kuning.. Lebih eye catching-Maya Floria Yasmin-
Baik, menurut saya pribadi, dari judulnya mungkin lebih ke anak-anak muda dan sepertinya mas Fariz senang disain yang flat, ya?
Desain flat memang bagus, dan sekarang lagi booming. Saya sendiri suka. Hemat saya, desain flat butuh warna yang agak mencolok sebagai penyeimbang karena pada dasarnya dia sangat sederhana. Warna yang "gonjreng" membantu supaya lebih menarik perhatian.
Mungkin cover Jomblo Ngoceh (kalau masih memungkinkan untuk dipoles), bisa memakai warna yang lebih cerah, warna kuning jomblo ngoceh2 juga menarik. Ya, warna-warna yang mencerminkan cerianya masa muda seperti biru cerah, oranye, kuning terang, dll.
Pada umumnya, cover buku flat, ilustrasinya besar dan tegas, lagi-lagi supaya eye-catchy. Mungkin cover Jomblo Ngoceh bisa lebih menonjolkan karakter utama di cover buku, yang menunjukkan siapa dia (laki-laki atau perempuankah, bagaimana rupanya, dll)
Berikut desain cover flat favorit saya :
Crazy Rich Asians
A Window Opens
Where'd You Go, Bernadette
Love by the Book: A Novel
Semoga membantu, ya. Keep writing!-Citra-
Bagus tuh covernya, simple tapi lucu dan kurasa udah cukup merepresentasikan isi buku. "Ngoceh"-nya diwakili dg tanda petik yg dijadiin kayak mata. Warnanya kuning, bagus dikombinasikan dg biru. Lucu :D
Itu semacam buku personal literature atau gimana, Fariz? Kayak a la Raditya Dika, gitu?-Frida-
Wah maaf ya responnya terlambat, kebetulan sedang ngebut nulis tesis. Tapi cover buku yg sudah terbit itu bagus kok, simpel tapi nyambung dengan ringkasan isi bukunya. Sukses ya Fariz!-Thita-
Pertama, Kuning. Haha jomblo menurut saya cocok banget dipadukan dengan warna kuning.
Kedua, Emot mata. Para jomblo sirik emang biasa nunjukin ekspresi seperti itu. Dan it looks funny, dude!
Ketiga, Layout judul dan penulis. Kalo memang mau dilihat seperti mulut. Kenapa penggunaan font-nya lebih diatur lagi supaya bener-bener mendekati bentuk mulut. Kan blm tentu semua bakal teliti ngeliatnya.
Keempat, gak ada. Maksudnya 'gak ada', coba deh kasih quotes paling bagus di dalem buku buat ditampilkan di cover depan. Tentunya dengan font size yang kecil. Jadi, semoga aja menambah minat orang untuk baca, dan tentunya ngebeli buku kamu.
Ohya, mana cover belakang?-Firdi-
Jdi dia tuh jomblo cuman bisa liat orng doang tpi dia pnya persepsi sendiri, jdi ya ngoceh aja gitu. Soalnya matanya kaya tanda petik gitu-Hartiwi-
Saya tunggu yang lainnya (yang melihat saja maupun membeli buku Jomblo Ngoceh) akan tanggapan tentang kover buku Jomblo Ngoceh, dan bila ingin ditampilakan di blog ini, bisa langsung komentar pada kolom di bawah atau tweet ke akun twitter saya, @f14anshar
Untuk melihat dan membeli buku Jomblo Ngoceh, bisa langsung kunjungi situs penerbitnya, LeutikaPrio : http://goo.gl/PfgoXi
***
Nb: Dalam memberikan tanggapan tersebut, beberapa orang sebelumnya saya berikan contoh kover yang lain untuk buku Jomblo Ngoceh.
Kerja bagus!
BalasHapusTerima kasih, firdi. Utk pertama kalinya nama kamu terpampang di blog ini
BalasHapusMenarik covernya. Warna yang cerah dan mata yang sinis akan cukup menarik perhatian di toko buku. Bikin penasaran. Hehe...
BalasHapusGood luck ya. Semoga sukses bukunya ��
Terima kasih, mbak Ria :) sudah menyempatkan mau mampir, dan juga ksh tanggapannya.
HapusNnti tanggapannya saya masukin di dalam artikel ya, mbak :)
Ini mah Jomblo Nyinyir! Hahahaha. Tapi gak tau ntar isinya gimana, dek. heheheh
BalasHapusHahaha :D Jomblo Nyiyir serem amat, mas. Ntr dimasukin tanggapannya ya, mas Arga hahahah :D
Hapus